Dipresentasikan pada Workshop Islamic Input in the Medical Curriculum yang diadakan di Fakultas Kedokteran UNISSULA pada 21 Desember 2008 oleh Professor Omar Hasan Kasule Sr. MB ChB (MUK), MPH (Harvard), DrPH (Harvard) web: http://omarkasule.tripod.com
1.0 SIFAT PENGETHUAN
1.1 Deskripsi Pengetahuan
Istilah alquran untuk pengetahuan adalah: ‘ilm, ma;arifat, hikmah, basirat, ra’ay,dhann,yaqeen, shu’ur, lubb, naba’, burhan,dirayat,haqq,tasawwur. Istilah untuk kurang pengetahuan adalah: jahl, raib, shaakk,dhann, ghalabat al dhann.tingkatan pengetahuan adalah ‘ilm alyaqeen; ayn al yaqeen dan haqq alyaqeen. pengetahuan berhubungan dengan iman, aql, qalb, dan taqwah. Pengetahuan haruslah berdasarkan pada bukti, hujjiah alburhan. Tempat kedudukan pengetahuan adalah ‘aql dan qalb. Pengetahuan Allah takterbatas tetapi pengetahuan manusia terbatas. Pengetahuan manusia berbeda-beda. Pengetahuan adalah milik umum yang tidak dapat disembunyikan atau di monopoli. Manusia, malaikat, jin dan mahluk hidup lainnya memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Epistemology islam, nadhariyyat ma’rifiyyat islamiyah adalah berdasarkan al quran dalam paradigma tauhidi dan di arahkan oleh objektifitas, istiqamat. Pengetahuan absolute (mutlak) contohnya pengetahuan revealed (kasatmata). Jenis pengetahuan lainnya adalah pengetahuan relatif, nisbiyat al haqiqat. Sifat probabilitas pengetahuan terjadi karena terbatasnya observasi dan interpretasi manusia terhadap fenomena fisik.
1.2 Sejarah Pengetahuan Manusia, Tarikh Alma’rifat Alinsyaniat
Adam adalah manusia pertama yang belajar secara aktif ketika dia diajari nama-nama. Pengetahuan manusia setelah itu berkembanbang secara dengan uji empiris dan eror atau melalui (firman) wahyu. Perkembangan bahasa tetulis beranidil besar dalam perkembangan pengetahuan. Publikasi dan telekomuniksi menyebabkan revolusi pengetahuan sekarang ini.
1.3 Sumber Pengetahuan, masadir al ma’rofat
Seluruh pengetahuan adalah berasal dari Allah. Manusia mendapatkannya dengan paisf melaui wahyu (firman) atau secara aktif dengan pengamatan dan percobaan empiris. Pengetahuan apapun yang didapat adalah berasal dari Allah. Pengetahuan bisa merupakainn (innate) bawaan lahir atau didapat (dipelajari). Manusaia mempunyai pengetahuan mengenai sang pencipta bahkan sebelum dilahirkan. Sebagian pengetahuan manusia bersifat insting. Sebagian besar pengetahuan manusia dipelajari dari pengamatan. ‘Ilm tajribi; transmisi, ‘ilm nagli; atau analisa dan pemahaman, ‘ilm aqli. Berusaha untuk mencari tahu adalah kebutuhan inner manudia untuk memuaskan rasa keingintahuannya. Wahyu, ‘aql, dan pengamatan empiris terhadap alam semesta, kaun, adalah sumber utama pengetahuan bagi orang yang beriman. Dalam hal kuantitas, pegetahuan empiris adalah yang paling banyak. Dalam hal kualitas, ilmu wahyu adalah yang paling utama. Ada hubungan yang erat antara wahyu, akal dan pengamatan empiris. ‘aql diperlukan untuk memahami wahyu dan menyimpulkan pengamatan empiris. Wahyu menjaga akal dari kesalahan dan memberikan informasi yang tak terlihat. Aql tidak bisa memahami dunia empiris secara keseluruhan. Belum ada kesepakatan menenai sumber pengetahuan tambahan berikut ini: ‘ilm laduniy; inspirasi, ilham; intuisi, hadas; insting, jabillat; geomancy, firasat; mimpis, ru’uyat dan kashf. Perdebannya bukan apakah semuaya adalah sumber penetahuan tapi apakah semua itu adalah sumber terpisah dari 3 sumber yang disebutkan sebelumnya, mejik dan, sihir; astrology, tanjiim, ramalan ,khanat dan tatayur; dan bentuk lain dari tahayul adalah bukan sumber. Sumber tersebut bisa menujukan fakta yang benar tapi bisa saja karena kebetulan semata. Sumber tersebut sering mewmbawa fakta yang salah dan menyesatkan.
1.4 Pengelompokan Pengetahuan
Pengetahuan bisa bawaan sejak lahir adau didapat (dipelajari). Bisa ‘aql dan nagli. Bisa berupa pengetahuan yang dapat dilihat dan pengetahuan yang tak terlihat,’ilm ghaib. Yang tak kasat mana bisa bersifat absolut, gaib mutlaq, atau relative, gaib nisbi. Sebagian pengetahuan adalah kewajiban individu, fard ‘ain, sementara sebian lagi kewajiban kolektif, fard kifayah. Pengetahuan bisa bermanfaat, nafiu. Pengetahuan bisa bersifat basic atau terapan. Ada banyak disiplin pengetahuan.
1.5 Keterbaasan Pengetahuan Manusia
Al Qur’an dalam banyak ayatnya telah mengingatkan manusia bahwa pengetahuan nya diberbagai bidang terbatas. Indra manusi bisa dengan mudahnya tertipu. Intelek manusia memiliki keterbatasan dalm mengintepretasikan persepsi indra. Masa lalu dan masa dating tidak diketahui dengan pasti. Manusia mempunyai keterbatasa kecepatan pada konsep dan tingkat indera. Ide ide tidak dapat dicerna dan diproses jika muncul terlalu cepat atau lambat. Manusia tidak dapat memahami kejadian yang terlalu cepat atau lambat. Peristiwa yang terlau lambat seperti revolusi bumi atau rotasi bumi terasa solah olah tidak terjadi. Memori mansis terbatas. Pengetahuan yang didapat memudar atau mungkin hilang secara keseluruhan. Seandainya manusia mempunyai memori yang sempurna maka manusia akan lebih berilmu.
2.0 KRISIS PENGETAHUAN
2.1 Manifestasi Krisis
Selalu Ada ketidakpedulian mengenai uluum al diin dan uluum al dunia. Kurang adanya penghargaaan terdadap keilmuan. Kekayaan dan kekusaan dianggap lebih penting daripada keilmun. Ilmu pengetahuan empiris terabaikan. Ada dikotomi system pendidikan: islam tradidional vs. pendidikan eropa impor, ulum al diin vs ulum aldunia. Integrasi kedua system telah gagal atau sulit dilakukan karena bersifat mekanis dan bukan konseptual. Proses sekulerisme pendidikan telah menghilangkan dimensi moral pendidikan dan merusak tujuan pendidikan islam untuk menghasilkan individu yang utuh dan sempurna, insane kamil. Negara muslim yang telah dikosongkan otak nya menambah krisis pendidikan compound.
2.2 Depresi Umat Karena Krisis Pengetahuan
Kebodohan dan kelemahan intelektuak adalah wujd paling nyata dari penurunan kualitas umat. Krisis intelektual umat diperparah dengan penjiplakan dan penggunaan ide dan konsep asing yang kurang dicerna dengan baik. Rosul mengigatkan umat tentang fenomena lubang kadal dimana umat nanti akan mengikuti musuhnya tanpa ragu seperti kadal yang lari kedalam lubangknya. Diantara wujud depresi umat adalah kurnagnya ibadat, kurangnya tindakan, kelemahan politik dan erosi identitas islam dalam kehidupan.
2.3 Latarbelakang Sejarah
Generasi rosul adalah generasi yang terbaik. Guru terbaik bertemu dengan murid terbaik menghsilkan kesempurnaan. Sahabat memiliki pengetahuan yang dan pemahaman yang bagus. Benih dari krisis saat ini muncul setelah akhir khilafat rashidat… kekuatan sosial dan politik yang baru menggusur khilafat roshiidad dan prinsip prinsip rusak atau berakhir. Kemuadian pendapat ulama dan pemimpin yang autentik yang mengingatkan kesetiaan pada prinsip-prinsip islam tersebut dimarginaliskan (dipinggirkan). Kemudia terjadilah stagnasi intelektual. Proses sekulerisasi negara muslim berlangsung. Ketidakpedulian dan kebutaaksaraan menyebar luas. Banyak ide dan fakta tidak islamiyah tanpa bukti yang valid telah berhasil memasuki warisan intelektual dan agama pada umat yang menyebabkan krisis intelektual yang ada makin parah.
2.4 Pengetahuan, Syarat Untuk Tajdid
Reformasi dan kebangkitan umat akan terjadi melalui reformasi pendidikan dan pengetahuan. Tajdid adalah fenomena yang terjadi berulang pada umat dan merupakan pertanda kesehatan dan dinamisme umat. Ciri mendasar dari ummat adalah bahwa periode reformasi /kebangkitan berganti dengan periode kemunduran dan kembali ke jahiliyyat. Tajdid membutuhkan pengetahuan, ide dan tindakan yang diformulaiskan dalam persamaan matematika= tajdid= ide tindakan. Tindakan tanpa pengetahuan dan ide tidak akan membawa kemajuan yang sebenarnya. Ide tanpa tindakan tidak akan membawa perubahan samasekali. Tajdid memerlukan dan didahului oleh reformasi pengetahuan untuk memberikan ide dan motivasi. Semua reformasi yang suskses diawali dengan perubhan pengetahuan. Masyarakat yang ideal tidak bisa dibangun tanpa dasar pengetahuan. Pengetahuan tersebut harus benar, sesuai dan berguna. Pergerakan kebangitan yang sukses disepanjang sejarah muslim selaui dipimpin oleh seorang ilmuan (scholar).
2.5 Pengetahuan: Strategi, Kewajiban, Dan Etik
Ummat muslim adalah bloc ekonomi dan politik yang potensial yang belum menyadari potensinya. Pergerakan tajdid kontemporer memilki banyak kelebihan dan kekurangan. Krisis pengetahuan dan intelektual masih merupakan penghalang. Gerakan reformasi yang takterarah dengan pemahaman dan pengetahuan yang benar akan gagal atau keluar jalur. Perubahan sosial memerlukan perubahan sikap,dan perilaku ditentukan oleh dasar pengetuan. Visi strategi pengetahuan manusia yang seimbang yang mengenal penciptanya, tahu tempatnya, perannya dan tanggung jawabnya dalam kosmik. Misi dari strategi pengetahuan adalah transformasi kenseptual sistem pendidikan dari TK sampai paska sarjana untuk merefleksikan tauhid, nilai moral yang positif, objektifitas, universalitas dan untuk tujuan kemanusian.
3.0 METODOLOGI PENGETAHUAN
3.1 Konsep
Metodologi berawal dari adam memberi nama dan mengelompokkan segala sesuatu diikuti dengan penemuan trial dan error dan kemudian pengamatan metodologis sistimatis. Diinspirasi al Qur’an, orang muslim mengembangkan metodologi ilmiah empiris dan revolusi teknologi yang dimulai abad ke 16. Fransis Bacon (1561-1626) mengenal bahsa arab, belajar dari orang muslim dan orang eropa pertama yang menulis metodologi empiris. Orang eropa mengkopi metodologi empiris tanpa konteks tauhid, menolak wahyu sebagai sumber pengetahuan dan kemudian menerapkan pengetahuan alam sekuler pada dunia muslim. Ilmuan muslin jaman dahulu telah menunjukkan bahwa wahy, ;aql, empirisme sangat sesuai dan telah menggunakan alalt metodologi dari Qur’an untuk membenarkan kekurangan dan memperbaiki ilmu pengetahuan Yunani sebelum diberikan pada masyarakat eropa. Wahy dan; aql menggantikan logika dan definisi Aristotelian dengan logika inducktif Islam yang diinspirasikan oleh Al Qur’an.
3.2 Metodologi Dari Al Qur’an
Al Qur’an memberikan prinsip prinsip tuntunan dan bukan menjadi pelengkap riset empiris. Al Qur’an memerikan arah pengamatan empiris; membaskan pikiran dari superstisi, sekedar ikut ikutan, ketergantungan intelektual dan nafsu.
Paradikma tauhid adalah dasar causality (sebab akibat), rasionalitas, hukum, prediktabilitas, obyektifutas, inovasi dan hukum alam. Al quran mengajarkan metodologi inductif, pengamatan empiris dan eksperimentasi. Intepretasi al Qur’an, taddabur, taffakur, I’tibaar &tafaquhu; dan pengetahuan evidensial, nafsu, hiwa al nafs. Konsep Al Qur’an istiqomat memerlukan pengetahuan yang valid dan tidak bias konsep; ilm nafei menitikberatkan pada keharusan untuk mengubah pengetahuan dasar menjadi teknologi yan gbermanfaat.
3.3 Metodologi Dari Ilmupengetahuan Islam Klasik
Ilmu pengetahuan klasik dan konsepnya bisa diaplikasikan untuk S & T. Tafsir ‘ilmi dan tafsir mawadhu’e samadengan intepretasi data dalam riset empiris. ‘ilm al nasakhh menjelaskan bagaimaan data baru meng update teori lama tanpa membuatnya sia-sia. ‘Ilm al rijaal dapat menjamin kepercayaan riset. ‘ilm nagd al hadith dapat menanamkan sikap membaca literatur ilmiah secara kritis. Qiyaas adalah analogi reasoning. Istihbaab adalah aplikasi hipotesa atau hukum ilmiah sampai takterbukti?. Ihtisan adalah semacam intuisi klinis. Istislah adalah penggunaan kepentingan publik untuk memilih diantara pilihan contohnya teknologi medis. Ijma adalah konsensus diantara peneliti empiris. Masaqid al shariat adalah axiom yang menyederhanakan operasi logika yang kompleks dengan menggunakan axiom tanpa melanjutkan ke turunan yang lebih detail.
3.4 Ktitik Islam Pada Medote Empiris
Dengan menggunakan alat metodologi dari al Qur’an dan ilmu pengetahuan Islam klasik, orang muslim menembangkan metodologi empiris dan inductif baru dalam bentuk Qiyaas usuuli dan juga mengawali metode empisis dengan eksperimentasi dan observasi. Al Qur’an mengajarkan metodologi induktif, observasi empiris, nadhar dan tabassur; intepretatsi, tadabbur, tafakkur, I’tibaar dan tafaquhu; dan pengetahuan berdasarkan bukti;bayyinat dan burhan. Al qur’an melarang ikut ikutan semata ,taqliid, conjecture (spekulasi), dhann; dan nafsu pribadi, hiwa alnafs. Konsep al Qur’an istiqamat mengharuskan pengetahuan yang valid dan tidak bias. Konsep ‘ilm nafei menitik beratkan pada keharusan untuk mengubah pengetahuan dasar menjadi teknologi yang berguna.
Dengan menggunakan metodologi induktif dan empiris yang baru dalam bentuk qiyaas usuuli dan dan mejadi pionir metode empiris dengan eksperimntasi dan observasi dengan cara yang sistematik seperti yang diilustrasikan oleh hasil karya Ibn Hazm tentang lensa. Mereka mengkritik metologi yunani kuno sebagai conjectural (bersifat spekulatif), hipotikal, meremehkan pengetahuan perceptual, dan berdasarkan pada logika deduktif. Mereka menerima metode ilmiah eropa yang memformulasikan dan menguji hipotesa tapi menolak presumsi filosofisnya: materialisme, pragmatisme, dan penolakan wahyu sebagai sumber pengetaan, kurang seimbang.
3.5 menuju metodologi islam
tauhidi universal, objectif dan tidak bias harus menggantikan kontek filosofis euro sentris dan bias dan metode esperimental yang tidak praktis. Percep ilmu pengetahuan tauhidi adalah: unitas pengetahuan, kelengkapan; kasualitas adalah dasar dari aksi manusia, pengetahuan manusia terbatas, investigasi hubungan sebab akibat alam yang pasti dan konstan, harmoni antara yan gterlihat dengan yang tak terlihat, 3 sumber pengetahuan (wahy, ‘aql dan pengamatan empiris); khilafat; moral; penciptaan dan keberadaan memiliki tujuan, kebenaran adalah bersifat absolut dan relatif, keinginan manusia yang bebas adalah dasar dari tanggungjawab dan tawakkul pada berfikir.
4.0 TARBIR’YYAT ‘ILMIYAT QURANNIYYAT
4.1 Konsep Dasaar
Konsep dasar adalah Qur’an, pengetahuan, intelek, fiqh, pemikiran, inovasi dan kreatifitas. Qur’an bukanlah text book pengetahuan alam. Tapi cerita dalam Qur’an melatih pikiran untuk mengobservasi, menganalisa, berfikir dan bertindak secara ilmiah. Cerita quran mengandung pelajaran, dan banyak yang bersifat ilmiah bagi yang memahami. Intelek berhungan dengan tanda-tanda dan pengetahuan. Gagal menggunakan intelektual dan hanya ikut ikutan adalah hal yang dilarang. Pengetahuan adalah yang tertinggi. Pengetahuan mencegah ikut ikutan. Pengetahuan manusia terbatas. Pengetahuan diperoleh dengan belajar. Manusia diwajibkan untuk membaca. Pengetahuan sendiri tidak berguna sebelum dipakai untuk bekerja. Qur’an telah menggunakan istilah fiqh untuk mengacu pada pemahaman yang lebih mendalam daripada mengetahui. Qur’an menitik beratkan pada observasi empiris. Qur’an menitik beratkan pada kebebasan berfikir. Inovasi agama diharamkan tapi kreativitas dianjurkan.
4.2 Pengetahuan Diskriptif
Qur’an mendiskripsikan gunung, penghalang diantara dua lautan, logam, angin, tanaman, langit, madu dan air. Qur’an mendiskripsikan pergerakan bumi, perahu, matahari, bulan, air dan udara. Qur’an mendiskripsikan proses seperti pembuatan besi, senjata, bendungan dan perahu. Qur’an mendeskripsikan pencptaan manusia dari tanah, Qur'an mendiskripsikan hukum alam, sunan al laah fi al kawn. Hukum tersebut pasti dan tetap dan berlaku pada berbagai hal. Keteraturan adalah hukum alam. Perlu adanya pencatatan observasi.
4.3 Pengetahuan Analitis
Qur’an mengharuskan adanya bukti. Qur’an menolak bukti palsu dan melarang pengetahuan yang tidak didasarkan padabukti seperti sihir, berkonsultasi dengan peramal nasib, spekulasi. Pikiran manusia bukanlah suatu alat. Pikiran manusia bekerja berdasarkan observasi empiris dan wahyu, keduanya adalah sumber informasi, pikiran yang tidak berdasarkan dasar empiris atau wahyu akan membawa kesimpulan yang salah.
Qur’an mengharuskan objektifitas. Qur’an melarang mengikuti subjektifias dan mengingkari kenyataan. bukan spekulasi tapi Observasi yang dijadikan sandaran. Qur’an meganjarkan manusia untuk mengamati tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta dan manisia. Tpi Qur’an menjelaskan bahwa indra manusia mempunyai keterbatasan. Pemikiran rasional dideskripsikan. Pada berbagai larangan, Qur’an memberikan alasan yang logis. Penggunaan simili, tasbiih dari dua hal dan fenomena terlihat pada sebagian ayat. Qur’an juga menggunakan banyak contoh, seperti, mithl untuk menerngkan konsep. Bijaksana (hati-hati) dalam membaca sangatlah penting.
4.4. Etik Untuk Wacana Ilmiah
Pertanyaan diajukan untuk mencari inforamasi. Pendapat yang berbeda harus dihargai. Perbedaan dalam urusan ilmiah dapat saja muncul dan wajar. Kebenaran harus diungkap. kontraindikasi harus dihindari. Keangkuhan dilarang.Bberikut ini adalah ciri-ciri diskusi yang baik: objektifitas, kebenaran, penyanyan bukti dan pengetahuan. Pertikaian yang tidak punya tujuan harus di hindari. Premis yang salah harus ditinggalkan. Tipuan (ketidak jujuran) diharamkan. Kebenaran atas pernyataan harus di cek. Yaqeen adalah
dasar dari’ilm bukan dhann.
5.0 ISLAMISASI PENGETAHUAN: CONCEP DAN PRAKTEK
5.1 Konsep Islamisasi
Konsep islamisasi adalah proses menciptakan kembali korpus pengetahuan manusia agar sesuai dengan prinsip aqidat at tauhid. Ilmu pengetahuan yunani kuno lebih bergantung pada deduksi filosofis daripada induksi yang berdasarkan eksperimen. Hal ini tidak mendorong tarbiyat ilmiyah quran yan g menitik beratkan pada observasi alam sebagai dasar kesimpulan. Pergerakan islamisasi saat ini bertujuan untuk de-Europeanizing sistem dan bangunan pendidikan pendidikan berdasarkan tauhid.
5.2 Reformasi Disiplin
Islamisasi harus dimulai dengan mereformasi epistemiologi, metodologi dan korpus pengetahuan tiap disiplin. Hal ini harus lah proaktif, akademis, metodologis, objektif dan praktis. Visinya adalah pengetahuan yang objektif, universal, dan bermanfaat dalam konteks interaksi manuasia yang harmonis dengan lingkungan fisik, sosial dan spiritualnya danpenggunaan disiplin ilmu agar sesuai dengan tauhid. Tujuan langsung nya adalah ;(a) de- Europeanizing paradikma dari disiplin yang ada untuk mengubahnya dari parochiality menjadi objektifitas unviversal , (b) merekonstruksi paradikma dengan menggunakan panduan islam, (c) mengklasifikasikan ulang disiplin untuk mencermin nilai taudid, (d) mereformasi metodologi riset untuk menjadi objektif, bermanfaat dan komprehensif.(e) menambah pengetahuan dengan riset, dan ( f) menerapkan aplikasi pengertahuan yang benar secara moral. Qur’an memberikan prinsip umum bahwa membangun objektifiatas dan mncegah metodologi riset yang bias. Qur’an menciptakan pandangan dunia yang mendorong riset unatuk meperluas batas (cakrawala ) pengetahuan dan penggunaannya untuk kepentingan seluruh semesta. Ilmuan didorong untuk berkarya dalam parameter qur’an tersebut untuk memperluas cakrawala pengetahuan melalui riset, dasar dan terapan.
5.3 Kesalahpahaman Dalam Proses Reformasi
Islamisasi telah disalahpahami sebagai penolakan terhadap korpus pengetahuan dan disiplin manusia yang telah ada. Islamisasi telah disalahpahami sebagai menciptakan pengetahuan yang ekslisif untuk orang muslim. Proses ini telah disalahpahami sebagai penulisan ulang textbook untuk mencerminkan tema islam tanpa pemikiran mendalam mengenai paradikma dan metodologi. Hal ini juga dibatasi untuk reformasi spiritual murid, scholar atau peneliti. Pendekatan superficial berikut peradapan berikut telah dicoba dan gagal : memasukkan ayat dan hadis pada tulisan orang eropa, mencari fakta fakta ilmiah dalam Qur’an, mencari bukti fakta ilmiyah dalam quran, memulai keajaiban ilmiah quranik, mencari pararel antara konsep islamik dan eropa, menggunakan istilah islam langsung dalam terminology eropa, dan menambahkankan ide tambahan pada korpus pengetahuan eropa.
5.4 Langkah Praktis/Tugas Proses Reformasi
Langkah awal adalah dasar yang kuat dalam ilmu pengetahuan metodologis islamis usul al fiqh, ‘uluum al Qur’an, uluum al hadith dan uluum allughat. Hal ini diikuti dengan klarifikasi masalah dan hubungan epistemiologi dasar: why dan aql, ghaib dan shahada, ‘ilm al iman. Hal ini diikuti dengan kritik paradikma, asumsi dasar dan konsep dasar dari berbagai disiplin ilmu secara islami dengan menggunakan criteria metodologi dan epistemiologi islamik. Peninjauan ulang teksbook dan materi ajar yang ada kemudian dilakukan untuk mengidentifikasi deviasi dari episteme tauhidi dan metodologi islam. Hasil awal dari proses islamisasi adalah pengantar disiplin secara islamik, muqadimaat al uulum, membuat prinsip prinsip islam dan paradikma dasar yang menentukan dan meregulasi metodologi, konten dan pengajaran disiplin. Hal ini sesuai dengan pengantar sejarah yang ditulis ibn Khaldun. Muqaaddimat tentang generalisasi dan konsep metodologi mengenai peristiwa sejarah. Publikasi dan pengkajian terhadap teksbook baru dan bahan ajar baru perlu dilakukan dalam reformasi dengan memberikan materi yang telah direformasi kepada guru dan murid. Membangun pengetahuan terapan dalam ilmu pengetahuan alam dan teknologi dari pengetahuan dasar adalah tahap akhir dari proses reforamasi. Hal ini dikarenakan pada akhirnya ilmu pengetahuan dan teknologilah yang sebenarnya membawa perubahan dalam masyarakat.
6.0 ISLAMISASI ILMU PRNGETAHUAN KEDOKTERAN
6.1. Sejarah Kedokteran, tarikh al tibb
Akar kedokteran pra islam ditemukan pada peradapan mesir kuno, babylonia, china, India, siria, Persia, arab dan romawi yunani. Pengetahuan medis pada awal peride islam (0-132H) didasarkan pada trasisi pengobatan arab dan ajaran pengobatan nabi. Kedokteran pada jaman keemasan periode Abassid (132-656) berawal dengan penterjemahan teks yunani dan teks kedoketeran lainnya. Orang orang muslim menambahkan hasil dari observasi dan esperimen mereka. Setelah invasi Tatar dan perusakan ibukota khilafat di Bagdad, dunia muslim nengalami kemunduran. Kedokteran dan pengetahuan medis juga mengalami kemunduran. Pengetahuan kedokteran menyebar di Eropa dari Andalusia. Orang muslim banyak berandil pada ilmu pengetahuan dasar dan berbagai disiplin klinis.
6. 2 PENGOBATAN ROSUL, tibb nabawi
Tibb nabawi adalah kata atau tindakan nabi yang berhubungan dengan penyakit, pengobatan penyakit dan perawatan pasien. Nabi mengajarkanprinsip dasar kedokteran bahwa semua penyakit ada obatnya. Sumber tibb nabawi adalah wahyu, pengalaman empiris dan pengobatan tradisional semenanjungn arab. Tibb nabawi bisa bersifat spiritual, kuratif atau preventif. Sebagian besar tibb nabawi bersifat preventif, tibb nabawi adalam sistem kedokteran otentik dan valid. Prinsip umum dari sistem itu bisa diaplikasikan kapanpun dan dimanapun. Obat spesifik yang diajarkan oleh rasul (SAW) valid dan bermanfaat. Namun obat tersebut tidak dapat dipakai pada masa iini tanpa mengadakan riset empiris lebih lanjut karena perubahan pada manusia dan lingkungan fisiknya.
6.3. Kedokteran Islam, Mafhum al tibb al Islami
Kedokteran islam didefinisakan sebagai kedokteran yang menggunakan paradikma, konsep, nilai dan prosedur yang sesuai atau tidak bertentangan denagan Qur’an dan Sunnah. Kedoktran islam bukanlah prosedur yang spesifik atau bahan obat tertentu yang dipakai pada tempat tertentu pada suatu waktu tertentu. Kedokteran islam bersifat universal, merangkul semua, fleksibel dan memungkinkan untuk tumbuh dan berkembnagnya berbagai metode investifasi dan pengobatan penyakit dalam bingkai yng seperti disebutkan diatas. Definisi ini membutuhkan transformasi mendasar sistem kedokteran saat ini. Kedokteran islam lalu menjadi hasil dari kritik islamik dan reformasi paradikma, metodologi riset, pengajaran dan praktik kedokteran dasar. Hasil akhir dari proses islamisasi tidak akan menjadi system kedokteran hanya bagi umat muslim tapi bagi seluruh manusia karena islam adalah serangkaian nilai universal dan objetif.
6.4 Islamisasi Pengetahuan Kedokteran, Islamiyat al tibb
Umat muslim gagal untuk mengislamkan kedokteraak yunani ketika mereka mengabaikan metode pengetahuan ilmiah Qur’an dan mengadopsi aspek negatif dari filosofi yang tidak mendorong ekperimen. Dipandu dengan semangat ilmiah empisris Qur’an, umat muslim harus inofatif, kereatif dan menjadi peneliti dalam ilmu pengetahuan kedokteran dasar dan terapan sehingga mereka menjadi pemimpin disiplin ilmu. Mahasiswa kedokteran mulai berkomitmen untuk proses reformasi. Dia harus menguasai disiplinya dengan baik. Dia harus mendapatkan metotologi islam dasar dari usul al fiqh, ‘ulum al Qur’an dan ‘ulum al hadiths agar bisa mengkritik paradikma dasar dari disiplin berdasarkantauhid dan nilai universal dan perennial islam. Hal ini diikuti dengan riset, publikasi, pengajaran, networking dan menginspirasi sesama.
6.5 Imput Kurikulu Islami
Visi kurikulum mempunyai dua kompponen yang erat hubungannga; Islamisasi dan hukum kedoktran. Islamisasi behubungan dengan meletakkan kedokteran dalam suatu konteks islami dalam hal epistemiologi, nilai da sikap. Hukum kedokteran berhubungan dengan isu aplikasi hukum dari kaca mata medis. Kurikulum mempunyai 5 tujuan: (a) pengantar paradima dan konsep islam secara umum (b) penguatan iman melalui studi tanda tanda Allah pada tubuh manusia (c) penghargaan dan pemahaman juridical, fiqh, kesehatan dan penyakit, al fiqh ak tibbi (d) pemahaman masalah social dalam praktek kedokteran dan riset (e) etika professional, adab al tabiib.